Iklan

Menapaki Kota Tua, Menata Masa Depan Kota Jakarta.

08 Juni 2015, Juni 08, 2015 WIB Last Updated 2015-07-08T06:25:31Z


Jakarta (GJ) - Potensi sejarah yang ada di kawasan kota tua khusunya yang bernuansa Batavia Tempo doeloe sangat banyak sekali, hampir tersebar di setiap titik dengan memiliki nilai historis, keunikan dan kekhasan tersendiri yang papabila di kelola dengan baik dan benar akan dapat meningkatkan citra kota tua sebagai aset Pemda DKI Jakarta menjadi salah satu primadona pariwisata jakarta.

Kota Tua yang merupakan kawasan sejarah secara administratif, masuk wilayah Jakarta Barat dan Jakarta Utara, dengan luas 846 hektare, dengan sebagian besar berada di Jakarta Barat, seperti kawasan Roa Malaka, Pekojan, tambora, Jembatan Lima, Kecamatan tambora, Pinangsia dan Glodok kecamatan Tamansari.

Cagar budaya dengan obyek wisata sejarahnya Kota Tua dengan jumlah bangunan mencapai 143, terus mengalami pengembangan dan penataan pemeliharaan agar tidak kehilangan nilai bentuk aslinya dengan tetap mengikuti gaya arsitektur gedung lama. Dari puluhan bangunan bersejarah khusunyayang menghadap kejalan kali besar barat dan kali besar timur, se;uruhnya yang menghadap pemerintah belanda abad ke 16 atau perkantoran VOC.

Dijalan kali besar inipun terbentang jembatan Kota Intan, jembatan ini berkali-kali ganti nama. Dulu, Jembatan Kota Intan ini menjadi pintu gerbang masuknya tongkang atau perahu dari laut ke sungai, sekarang jembatan itu tak bisa difungsikan lagi.

Dikawasan Kota Tua ini terdapat 4 Museum yang letaknya kurang dari 10 meter bersebranagn, Museum Fatahillah, tempat penyimpanan benda purbakala, Museum wayang dengan koleksi berbagai wayang dari seluruh Indonesia dan mancanegara. Museum Seni Rupa dan Keramik yang menyimpan berbagai koleksi lukisan dengan Pelukis Affandi, antonio Blanco dan lainnya. Adapula bangunan kantorpos yang rencananya akan dijadikan galeri perangko, ada juga bangunan yang bertingkat yang belum terawat, dan ada bangunan tua yang kini sudah menjadi batavia café.

Kawasan Kota Tua banyak memiliki dan rekaman sejarah panjang Indonesia, namun keberadaannya banyak belum diketahui dan dikenal oleh masyarakat, dan merevitalisasi kota tua, terus diupayakan meski belum mencapai hasil optimal, hal ini dikarenakan banyak faktor seperti luas wilayah dan gedungnya cukup banyak, belum ada data pasti jumlah gedung di kota tua.

Kepala Seksi penataan pengembangan dan publikasi  UPK Penataan dan pengembangan Kawasan Kota Tua, mengatakan kepemilikan gedung di kawasan Kota tua terbagi menjadi tiga, yakni, milik BUMN, PEMDA, dan Swasta.

Salah satu pemilik bangunan dikawasan Kota Tua Robert Tambunan mengatakan dalam hal merevitalisasi kawasan kota tua ini sebaiknya dilakukan secara terpadu, jangan lagi terpisah, harus bersinergi antara UPK, Stakholder dan instansi terkait.

Hal senadapun dikatan Kepala UPK  Ir.M.Kadir Sasmita, SE,MT, strateginya adalah semuanya terlibat di dalamnya harus benar-benar bersinergi seperti pemilik atau penghuni bangunan di kawasan Kota Tua berpartisifasi aktif dalam menciptakan nilai tambah daya tarik wisata khususnya dan pelestarian sejarah dengan melibatkan masyarakat sekitarnya. (Nurhalim/Irwansyah)
Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Menapaki Kota Tua, Menata Masa Depan Kota Jakarta.

Terkini

Iklan