Iklan

Siap Maju Pilpres 2019, Pangeran Abdullah Ali Chandrarupanto

25 September 2017, September 25, 2017 WIB Last Updated 2017-09-25T06:11:16Z
Gema Jakarta, Surabaya - Pangeran Perbawa Budaya Kerajaan Mempawah yang juga Pangeran Kapita terutama Kepangeranan Chandrarupanto Patani Shri Tiworo, HRH, Tengku Pangeran Abdullah Ali Chandrarupa Wibowo menyatakan dirinya siap maju ke Pilpres 2019 untuk “turut membangun” Negara dan Bangsa Indonesia.

Sebagaimana Reles yang diterima Redaksi melalui chat WAG, Pangeran Abdullah Ali menjelaskan bahwa sejak tahun 2014 dirinya sudah diminta oleh “berbagai elemen masyarakat di Nusantara” untuk maju mencalonkan diri sebagi Presiden atau Wakil Presiden, namun pada saat itu ia belum ada niat.

“Kala itu saya tolak karena belum melihat urgensi saya untuk maju ke arah tujuan tersebut. Bahkan pernah beberapa pembesar partai mengajak saya berjumpa untuk membicarakan itu tapi kala itu saya belum siap, sebab jabatan Presiden dan Wakil Presiden bagi saya jabatan besar yang berat tanggung jawabnya,” ujarnya. Saat berwawancara, Senin (25/9/2017)

Pangeran mengaku kali ini memang dirinya sudah mantap dan siap untuk maju mencalonkan diri di bursa Pilpres, sebab ia didorong oleh berbagai elemen masyarakat yang menilainya sebagai sosok “pemersatu bangsa” yang tidak terlibat di stuktural golongan apapun, untuk maju melanjutkan perjuangan dari kakeknya, Tengku Pangeran Jalaluddin Amir Bin Raja Muda Patani yang merupakan Pangeran Mempawah yang turut mendukung lahirnya Republik Indonesia.

Dia mengatakan bahwa dirinya merasa “terketuk hatinya” untuk membangun bangsa. Menurutnya, hal yang pertama yang akan dilakukan seandainya terpilih sebagai Presiden, ia akan menguatkan moral bangsa dan mencerdaskan bangsa terlebih dulu, baru membangun hal-hal yang lain.

“Bagaimana kita bisa dikatanya bangsa besar jika kita tidak bermoral dan cerdas? Bagaimana mungkin bangsa yang merupakan himpunan manusia dapat bermoral dan cerdas jika pribadi-pribadinya tidak bermoral dan cerdas?

Bagaimana pribadi bisa bermoral dan cerdas jika moralitas dan kecerdasan hanya diimplemetasikan untuk memenuhi kebutuhan yang didasari konflik kepentingan pribadi atau golongan,” tegasnya.

“Segala persoalan bangsa ini terjadi disebabkan pribadi yang tidak bermoral dan tidak cerdas yang menularkan sifat itu menjadi kebiasaan di masyarakat dan kebiasaan seperti itu menular kepada para pejabat yang menjadi bagian pemerintahan. Ini akan berefek rusaknya suatu sistem yang baik di suatu institusi,” ujarnya.

“Indonesia ini sekarang sudah bermoral dan cerdas tapi perlu penguatan esensi moral dan kecerdasan hingga ke akar rumput,” ujarnya lagi.

“Kalau dulu kerajaan bisa menahan egonya untuk kekuasaan berdiri sendiri sebagai pemerintahan, demi persatuan bangsa Indonesia hingga memilih berdiri di belakang Republik Indonesia, sekarang saya berupaya mengajarkan menahan ego kepetingan pribadi demi kesejahteraan rakyat Indonesia,” ungkap pria yang akrab disapa Pangeran Chandrarupa ini.

Pangeran Chandrarupa mengaku dirinya kerap kali berkeliling Nusantara untuk memberikan ceramah budaya dalam kapasitasnya sebagai Pangeran Perbawa Budaya di Kerajaan Mempawah serta juga dalam kapasitasnya sebagai Pangeran Kapita yang Terutama atau Pangeran Otonom dari Kepangeranan Chandrarupanto Patani Shri Tiworo.

Ketika ditanya apa modalnya untuk memimpin Negara Indonesia, ia mengatakan  selama ini ia sudah memiliki pengalaman memimpin bangsa di jalur infomal sebagai Ketua “Gerakan Nusantara Cerdas dan Bijak”, bahkan ia mengklaim mempelopori pengentasan pengangguran dengan menciptaan lapangan pekerjaan dengan dananya pribadi.

“Saya memberikan modal kecil kepada para pengganguran untuk mereka membuat warung, kafe dan banyak lagi jenis lainnya. Saya memang belum bisa memberikan modal ratusan juta, sebab itu semua murni dari dana pribadi keluarga kami, apalagi saya bukan orang kaya, sebab Pangeran di Alam Republik ini tidak lagi menerima pajak dari rakyat, tapi bukan berarti saya harus tidak peduli dengan masyarakat,” katanya.

“Yang penting dengan saya melakukan itu bermanfaat dan bisa menyadarkan para pengaku Raja di dearah lain, agar peduli sosial kemasyarakatan, jangan cuma mengeluh minta diperhatikan seperti itu,” lanjutnya.

“Sekarang ini banyak orang ngaku raja walapun gak punya silsilah, tujuannya mau memanfaatkan anggaran budaya dari pemerintah dan jual beli gelar juga,” jelas pria yang juga sekretaris jendral Asosiasi Keluarga Kerajaan dan Bangsawan Internasional ini.

Menurutnya, itu semua ia lakukan dalam rangka mengaktualisasikan fungsi kerajaan atau keraton, yang berasal dari kata Raj atau Rat yang artinya semesta, yang maknanya “Memesrai Semesta”.

 Ia tetap konsisten untuk mengaktualisasikan spirit itu walaupun kapasitasnya kini hanya sebagai pemimpin informal sejak menyatakan diri mendukung Republik sebagai Pemerintahan Resmi.


Dengan optimis, Pangeran Bergelar doktor HC ini mengatakan bahwa dirinya kini sedang dalam tahap diskusi dengan beberapa tokoh partai untuk mendapatkan partai yang Visi dan Misinya sependapat dengannya, sebagai kendaraan politiknya untuk menjadi capres. (Her/Ian/HJA/KM/Rls)
Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Siap Maju Pilpres 2019, Pangeran Abdullah Ali Chandrarupanto

Terkini

Iklan