Iklan

Liber Simbolon : Harusnya Isi Konten Berita Jangan Genit Buruk Tapi Genit Intelektual

20 Oktober 2017, Oktober 20, 2017 WIB Last Updated 2017-10-20T14:29:09Z
Ketua Umum DPP Sarjana IP-KI Liber Simbolon
NEWSGEMAJAKARTA.COM, Jakarta - Rangkaian acara pelaksanaan Musyawarah Wilayah IP-KI (Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia) berjalan sukses, bertempat di Gedung Juang 45, Jalan Menteng Raya No.31, Jakarta Pusat. Jumat (20/10/2017) dengan dihadiri Peserta/ Peninjau dari DPC -DPC Kota/ Kabupaten Se Provinsi DKI Jakarta.

Saat ini sangat banyak Paradoksial, dua sisi kehidupan yang fantastis dimana rajin beribadah atau kegiatan lainnya dan arah kebaikan dan arah keburukan. Hal tersebut diungkap Ketua Umum DPP Sarjana IP-KI Liber Simbolon.

Selain acara musyawarah, terdapat rangkaian acara 'Sarasehan Pancasila' dengan pembicara Gubernur DKI Anies Baswedan, Anggota DPR RI Asril Tanjung, Mayjen TNI Purn Saurip Kadi dan Yudi Latif, PhD (Ketua  UKP Pancasila)

Melalui Musyawarah Wilayah IP-KI Provinsi DKI Jakarta ini, IPKI selalu menghadirkan kader-kader untuk berperan aktif di tengah tengah masyarakat, dan selalu berusaha berperperan aktif sebagai anggota maupun pengurus organisasi. “Untuk menggerakkan organisasi, maka IPKI perlu melaksanakan konsolidasi organisasi di berbagai tingkatan pengurus yang ada,” Ungkapnya.

Manajemen Pancasila sangat dibutuhkan agar Suku, Agama dan Ras Antar Golongan (SARA) tidak menjadi sentimen identitas, namun yang dibutuhkan masyarakat saat ini adalah bermajemuk/beragam kebaikan dan kebajikan tingkat tinggi.  Motto : Indonesia 100 persen, Pancasila 100 persen dan Bhineka Tunggal Ika 100 persen.

DKI Jakarta  yang merupakan Ibukota Negara Republik Indonesia sebagaimana harusnya tetap menjadi cermin di Mata Dunia yang bisa menorehkan nilai-nilai Pancasila. Sambungnya, Paradoks yang terjadi di era teknologi dan global saat ini adalah  tidak disosialisakannya UU ITE, UUD Pers dan Jurnalisme warga yang terkadang mendistorsi isu.

"Kecanggihan teknologi informasi menjadi salah satu faktor yang sangat menentukan. Selain itu, cara penyajian dan penanganannya, membutuhkan kreativitas yang inovatif," hal tersebut diungkapkan  Steering Commite Liber Simbolon M.Kom yang juga Dosen Universitas Bung Karno Jakarta.

Ditambahkan,  sebagai contoh dalam tanda 'kutip/makna ambiguitas' adanya sebagian etika Informasi jurnalisme masyarakat yg tidak konfirmasi/terverifikasi. "Harusnya isi kontent atau berita jangan genit-genit buruk / bad news, tapi genit Intelekual news nya agar masyarakat lebih paham dan semakin sejahtera yang berlandaskan hukum," tegas Liber Simbolon.

Penegasan Pancasila,  bahwa Evaluasi dan finalisasi Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia sudah kongruen/sama dengan cita-cita awal para pendiri bangsa yang sangat beragam sesuai pembukaan UUD 1945 alinea ke empat. Pemahaman tentang nilai-nilai yang terkandung didalam Pancasila, menjadi taruhan yang tidak tanggung-tanggung. Bahkan sudah merajalela atau membumi ke berbagai penjuru Nusantara, hingga ke berbagai elemen masyarakat bawah, menengah maupun kalangan elitis.

Nilai-nilai luhur Pancasila  harus dihayati dan dipedomani seluruh warga negara Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Penghayatan yang mendalam atas nilai-nilai dasar Pancasila akan memperkuat identitas, jati diri, dan karakter masyarakat Indonesia yang berkepribadian Pancasila. Penghayatan yang mendalam atas nilai-nilai dasar Pancasila akan memperkuat identitas, jati diri, dan karakter masyarakat Indonesia yang berkepribadian Pancasila.

Keberadaan formal Pancasila yang sangat kuat, sering tampak dan tidak selalu sejajar dengan pengamalan Pancasila dalam kehidupan sosial sehari-hari. Pancasila belum menjadi etos bangsa ini. Bahkan hasil penelitian Badan Pengkajian MPR menyimpulkan bahwa, lebih dari 50% produk undang-undang yang dikeluarkan pasca-Reformasi tidak merujuk pada nilai-nilai Pancasila. Ini berarti nilai-nilai Pancasila diabaikan dan belum ditaati sebagaimana mestinya.

Bagi Indonesia, tantangan yang perlu dijawab adalah, bagaimana merumuskan Pola Penerapan dan Pengamalan Pancasila, melalui instrumen agama, hukum, sosial budaya dan lembaga desa terprogram secara sustainable yang menghasilkan output menyejahterah seluruh rakyat Indonesia.

Sejarah awal berdirinya organisasi ini IP-KI, kata Liber Simbolon sangat sesuai, sejalan dan sering dengan kondisi sosial politik dan perkembangan zaman pada waktu itu menjadi Organisasi Kemasyarakatan, yang senantiasa menjadi penggerak semangat Proklamasi 1945, dan Pancasila.

Lebih jauh dijelaskan bahwa Kehadiran IP-KI di Provinsi DKI Jakarta telah berdiri sejak era 50 an hingga saat ini, IP-KI senantiasa berperan aktif di setiap pergerakan sosial masyarakat terutama dalam mempertahankan Pancasila dari rongrongan komunis.


Bahkan, Presiden Soekarno atau akrab disapa Bung Karno mengatakan 'Jangan Sekali kali Melupakan Sejarah (Jasmerah)' IP-KI didirikan oleh tokoh-tokoh bangsa antara lain Jendral Besar A.H. Nasution, Jendral Gatot Subroto, Jendral Aziz Saleh, tokoh-tokoh nasional dan juga mantan Gubernur DKI Jakarta Letjen Suprapto pernah menjadi ketua umum IP-KI. (*)
Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Liber Simbolon : Harusnya Isi Konten Berita Jangan Genit Buruk Tapi Genit Intelektual

Terkini

Iklan